APA YANG DIPIKIRKAN, ITULAH YANG AKAN TERJADI

Orang-orang gagal itu dibagi kedalam dua golongan : yang pertama adalah orang yang berpkikir gagal padahal ia tidak / sebelum melalukan apa-apa, dan yang kedua yaitu orang melakukan kegagalan dan ia enggang memikirkanya 


( Jonh Charles Salak )
“Jangan pernah biarkan pikiran mendahului Takdir!“. Bagitulah sepenggal nasihat bijak yang pernah saya dengar. Saya sempat berkerut kening ketika pertama kali mendengar ungkapan tersebut!. Saya mencoba untuk mentafsirkankanya,- dan pesan yang saya dapat tangkap dari ungkapan tadi, ini seperti hendak mengingatkan orang ,agar jangan sampai pernah ia terkuasai oleh yang namanya Halusinasi ( kengerian). Maksud dari kata Halusinasi disini, berarti sama artinya dengan“berpikiran atau mevisualisasikan sesuatu yang buruk“. Sementara berpikir buruk,itu sama artinya pula dengan “pikiran yang telah dibiarkan mendahului Takdir“.
Bicara tentang“Takdir“, artinya bicara pula tentang kuasa kehendak Tuhan. Dan Takdir adalah sesuatu Misterius,yang sama sekali tak dapat diprediksi dengan akurat. Sebab itu sudah merupakan rahasia Tuhan sepenuhnya. Jika ada orang yang ngotot ingin dapat memperkirakan suatu takdir,maka ia adalah seorang“Murtad“. Sebab memperkirakan sesuatu yang sekalipun tak diketahuinya. Dan jika ada orang yang mengaku dapat membaca suatu Takdir,maka ia adalah seorang pembohong besar. Sebab dengan itu ia telah berani melangkahi Tuhan dengan mengkultuskan sesuatu yang keliru ,dan yang bukan menjadi haknya.
Tentang Takdir, sebenarnya tak ada Takdir yang buruk bagi hidup seseorang. Takdir itu`kan keputusan Tuhan, dan tak ada satupun itu keputusan Tuhan, melainkan hanya kebenaran dan kebaikan-bagi obyak yang ditakdirkanya.adapun dengan adanya beberapa orang yang merasa hidupnya menderita, melarat, gagal, dan diliputi segala kesialan, itu bukanlah karena semata-mata Tuhan yang memutuskan-. Memutuskan sesuatu yang Buruk, tak ada dalam kamusnya Tuhan!. Keburukan yang menimpa seseorang(hamba`Nya), itu pasti bukanlah ditimbulkan oleh sesuatu yang diluar dirinya, melainkan diri sendirinyalah yang menjadi penyebab utamanya. Tapi kalaupun memang seseorang merasa telah banyak melakukan kebaikan ,-akan tetapi tetap saja ia merasa masih ditimpa keburukan, bisa saja kebaikanya tersebut tak termasuk kedalam kategori“ baik“ menurut persepsi Tuhan.dan apapun yang dipersepsikan Tuhan, tak mungkin itu keliru. Atau bisa saja,bahwa suatu keburukan yang ada itu sebenarnya merupakan bentuk ujian- dan seperti yang kita tahu, ujian itu sebagai tanda kasih dan penghargaan Tuhan terhadap diri seseorang, Dan bukankah itupun hal merupakan yang baik?. Jadi sebenarnya tak ada _alasan bagi seseorang untuk menyalahkan yang lain,- terlebih lagi jika itu Tuhan,-dari sesuatu yang dianggapnya buruk- yang telah menimpanya.
Kembali ke pembahasan inti dari uraian ini ,yaitu tentang“ berpikiran yang buruk“/Halusinasi,dari manakah sebenarnya kemunculan pikiran macam ini?, banyak sebab dan sumber tentunya. salah satunya, muncul dari pada“keragu-raguan“!. Dan ketika sedang apa sebenarnya rasa ragu ini bisa muncul?, kemunculan rasa ragu ini, sangat sering, ketika seorang tengah memikirkan sesuatu yang tak sedang dialami ataupun belum terjadi. Taruhlah ketika seseorang itu memikiran tetang masa depanya.Berawal dari rasa ragu itulah,yang kemudian menyebabkan seseorang sampai dengan berani menerka-nerka apa yang sesungguhnya telah Tuhan rahasiahkan.dan Tuhan sangat tidak suka akan hal ini. Logikanya begini saja : Setiap orang pasti mempunyai hal-hal yang dirahasiakannya, dan ia akan sangat merasa tidak senang bahkan mungkin juga tersinggung,ketika adanya seseorang yang lain-yang mencoba menebak-nebak apa yang dirahasiakanya tersebut. Begitupun sama halnya Dengan Tuhan. Ia bisa jadi merasa marah,ketika ada hamba`Nya yang mencoba memperkirakan sesuatu yang buruk terjadi dikehidupan masa depanya.-sebab masa depan seseorang itu adalah termasuk ke dalam Takdir/rahasia`Nya.



Mengisi pikiran dengan bayangan-bayangan yang buruk tentang kehidupan masa depan, itu tidak hanya sekedar sama berartinya dengan menerka-nerka rahasia Tuhan, tapi inipun sangatlah berpotensi menjadi sesuatu yang nyata. Umpamanya saja,: ada seseorang –yang pada beberapa hari lagi akan menjalani tes wawancara kerja. Tapi pada hari sebelum tes itu dijalaninya, ia sudah berpikir yang macam-macam bahkan mungkin aneh-aneh.- ia berpikiran; “aduh takut, bagaimana yah kalau nanti tak jawab!“,bagimana yah kalau nanti saya dinilai kurang begitu menarik!“.bagaimana jadinya coba, kalau nanti ada pertanyaan yang salah saya jawab!“. Seseorng yang pada saat sebelumnya -pikiranya sudah dipenuhi dengan visualisasi-visualisai semacam ini, maka akan sangat besar kemungkinan apa yang dibayangkanya itu dapat menjadi kenyataan. Seseorang yang pada awalnya telah mempunyai pikiran“gagal“,maka pada akhirnya kemungkinan untuk gagalnyapun hampir 99% sudah dapat dipastikan,sementara yang 1%nya lagi, itu hanyalah keajaiban yang bicara.-dan yang namanya, keajaiban,keberadaanya hampir mendekati kemustahilan. Begitupun dengan sebaliknya, seorang yang pada awalnya berpikiran optimis- bahwa ia akan“berhasil“. Maka dengan secara“spontan“, segala tindak-tanduknya selalu diarahkan kepada hal-hal yang akan menuju kepada keberhasilanya itu. Dan pada saat itu,_ keberhasilanpun sudah setengahnya berada dalam genggaman. Dan kalaupun memang hasilnya berbeda,alias belum berhasil, setidaknya, apa yang dipikirkanya telah mendorong dirinya untuk mempunyai keberanian menuju kepada keberhasilan. Ia mungkin saat itu belum menang, tapi setidaknya dengan ia mengkuti intruksi dari pikiranya,-ia telah melangkah hingga sampai mendekati keberhasilan.- Dan betapapun itu, adalah jauh lebih baik,dari pada orang yang gagal/kalah. –disebabkan ia telah berpikir gagal. 

Click to comment