Ini Dia Makna Musibah

Tuhan yang baik dan bijaksana menciptakan kebaikan, dan yang jahat itulah yang berperan dalam kejahatan. Padahal al-Qur'an sudah jelas mengatakan: "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah

Peristiwa yang terjadi di muka bumi, seperti banjir bandang, tanah longsor, kemarau yang berkepanjangan dan sebagainya, baik itu di Indonesia maupun di negara lain, merupakan kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kejadian tersebut menimbulkan dampak yang amat besar, bukan hanya fisik dan material, namun juga berakibat pada aspek psikis dan spiritual. Beberapa tanggapan muncul dan sebagian orang goncang hati dan imannya.

Diantaranya ada yang berasumsi bahwa Tuhan telah murka kepada manusia. Ada juga yang melontarkan ucapan bahwa Tuhan kejam dan tidak lagi mengasihi. Bahkan yang paling radikal mengatakan bahwa memang ada dua Tuhan, yaitu Tuhan yang baik dan Tuhan yang jahat. Tuhan yang baik dan bijaksana menciptakan kebaikan, dan yang jahat itulah yang berperan dalam kejahatan. Padahal al-Qur'an sudah jelas mengatakan: "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa" (QS al-Anbiya [21]: 22).
 
Memang, segala yang diciptakan Allah mengandung kebaikan, sedangkan keburukan adalah akibat keterbatasan pandangan dan nalar manusia. Jika kita memandang praktek amputasi tanpa mempertimbangkan sebab dan tujuannya, tentunya akan bermakna kekejaman. Tetapi jika diketahui penyebab, tujuan dan dampak akhirnya, maka keputusan ini amat terpuji. Sama halnya dengan wajah yang memiliki bintik hitam (tahi lalat). Mayoritas orang ingin menghilangkannya karena mengurangi ketampanan atau kecantikan. Hal ini karena keterbatasan si pemandang. Tetapi bila dipandang secara menyeluruh dan penuh pengamatan, sesungguhnya tahi lalat tersebut justru menjadi unsur kecantikan atau ketampanan seseorang.

 
Karena itulah, dalam al-Qur'an Allah mengingatkan bahwa: "Boleh jadi engkau tidak senang (benci) kepada sesuatu, padahal dia itu baik untukmu, dan boleh jadi juga engkau menyenangi sesuatu padahal itu buruk untuk kamu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui" (QS al-Baqarah [2]: 216).
 
Maksud dan tujuannya ayat tersebut sangat jelas. Jangan dikira terjadi gempa, banjir bandang, tanah longsor tidak memberikan dampak positif. Semua itu pasti ada hikmah dan manfaat yang tersembunyi dan akal manusia belum menjangkaunya.
 
Ada beberapa istilah yang di gunakan al-Qur'an untuk menunjuk sesuatu yang tidak disenangi, antara lain musibah, bala', 'adzab, dan 'iqob serta fitnah. Namun pengertian dan cakupan maknanya berbeda-beda. Seperti lafadz musibah dan kata lain yang seakar dengannya, memiliki makna mengenai atau menimpa, tetapi tidak seluruhnya dimaknai sebagai hal tidak menyenangkan. Seperti musibah yang bertujuan menerpa, yang karenanya dilarang putus asa akibat musibah yang menimpa. Kemudian lafadz bala' dan kata yang seakar dengannya, kata ini memiliki arti nyata atau tampak seperti firman Allah, "yauma tubla al-sarair" yaitu “pada hari kiamat akan dinampakkan rahasia-rahasia" (ath-Thariq [86]: 9), namun makna tersebut berkembang sehingga berarti ujian yang dapat menampakan kualitas keimanan seseorang.
Perlu dipahami secara mendalam, bahwa musibah (hal yang tidak disenangi) yang terjadi bukan semata-mata Tuhan murka dan benci terhadap hambanya. Namun musibah yang terjadi, hendaknaya kita artikan sebagai ujian bagi iman dan ketakwaan kita. Semoga dengan ujian tersebut kita semua menjadi makhluk yang paling mulia di sisi Allah, yaitu orang yang paling bertakwa.

Click to comment