MasyaAllah, Sekali Jalan (Pergi-Pulang) Mampu Baca 2 Juz

Suharyanto merasa sedih atas kasus penistaan al-Qur'an oleh seorang pejabat yang menghebohkan Indonesia belakangan ini. “Saya memang tak berkapasitas berbicara ini,” tetapi sebagai seorang Muslim, katanya sambil berdiri, “Hati saya menangis,” lantas ia memegang dadanya.
Suatu kesyukuran jika seseorang punya hobi membaca, baik majalah, koran, dan sebagainya. “Itu bisa menambah wawasan,” ungkap Suharyanto kepada hidayatullah.com
Namun, lebih dari itu, ia mengaku lebih suka membaca wahyu-wahyu Allah, “karena di dalam al-Qur’an itu semua itu ada.”
Termasuk di dalamnya terdapat panduan dan bekal untuk menjalani kehidupan di dunia. Ini diyakini Suharyanto. Apalagi, selaku anggota TNI yang bertugas di garda terdepan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai tentara, menjaga kedaulatan NKRI memang tak cukup hanya bermodalkan teori, ilmu, senjata, pun kedisiplinan militer.
Sebagai seorang Muslim, Suharyanto mengakui, menjaga bangsa ini membutuhkan bekal spiritual, termasuk dengan membaca, memahami, apalagi mengamalkan al-Qur’an.
Dan tentunya, al-Qur’an juga mesti dijaga kesuciannya. Karena itulah, Suharyanto merasa sedih atas kasus penistaan al-Qur’an oleh seorang pejabat yang menghebohkan Indonesia belakangan ini.
“Saya memang tak berkapasitas berbicara ini,” tetapi sebagai seorang Muslim, katanya sambil berdiri, “Hati saya menangis,” lantas ia memegang dadanya.
Salah satu bekal menuju akhirat adalah membaca al-Qur’an, kata Suharyanto. Omong-omong, apa resepnya punya kebiasaan alias hobi membaca al-Qur’an?
Ditanya demikian, Suharyanto bukannya langsung menjawab. Pria berdarah Jawa ini malah bilang, “Mendengar sampeyan barusan jadi merinding sendiri saya.”
Loh?
Rupanya, saat disebut perihal kebiasaannya itu tergolong langka di era saat ini, Suharyanto malah teringat ‘kampung halamannya’ di masa depan. Dimana saat ini, kata dia, sudah memasuki akhir zaman.
“Bekal apa yang akan kita bawa untuk di hari esok?” ungkapnya. Pertanyaan ini menggugah jiwanya.


Laksana seorang ustadz, ia bertutur bahwa semua manusia di dunia pasti akan mengalami hari pembalasan. Karena itu, selama hidup, harus disiapkan bekal menuju akhirat dengan memperbanyak amal shaleh.
Seperti sedekah jariyah, membaca al-Qur’an, dan sebagainya, “Yang bisa kita bawa ke alam akhirat itu,” ungkap tentara yang mengaku tak pernah mengenyam pendidikan di pesantren ini.
Renungan itulah yang menjadi salah satu alasan atau resep Suharyanto sehingga tekun membaca al-Qur’an.
Selain itu, alasan lainnya, karena terilhami oleh wahyu pertama yang diturunkan Allah Subhanahu Wata’ala kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. “Itu apa? Iqra’! Iqra’!, Baca! Baca!” terangnya.
Sekali Jalan 1 Juz
Beberapa saat setelah membaca bagian akhir Surat Luqman, Suharyanto menutup al-Qur’an dan memasukkannya ke dalam tas. Sejurus kemudian, ia menutup wajahnya dengan topi lorengnya, lalu tidur sejenak sebelum tiba di stasiun tujuannya.
“Saya istirahatkan pikiran dan badan saya,” ungkapnya, yang mengaku siang itu juga sedang sangat mengantuk dan lelah.

Click to comment