Shalat Dhuha, Mencukupi Kebutuhan Sedekah

Bentuk-bentuk sedekahnya telah Rasulullah SAW beri contoh dengan menghilangkan kotoran di masjid, menyingkirkan sesuatu yang dapat mengganggu mayarakat umum, atau membaca kalimat tasbih, tahlil, dan takbir, atau amar ma’ruf nahyi munkar.

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali di hisab dari seorang hamba ialah shalatnya. Apabila baik, maka ia beruntung dan selamat. Dan apabila rusak, maka ia rugi dan menyesal. Apabila kurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Swt berfirman: ‘Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki shalat tathawwu’ (shalat sunnah),’ lalu disempurnakanlah dengannya yang kurang dari shalat wajib tersebut, kemudian seluruh amalannya diberlakukan demikian” (HR. Tirmidzi).

Allah SWT adalah Dzat yang menyayangi seluruh hamba-Nya. Dia berikan berbagai nikmat yang banyak dan tak terhitung jumlahnya, salah satu nikmat tersebut adalah Allah SWT memberikan persendian bagi tubuh kita. Bayangkan saja, jika tubuh ini tidak memiliki persendian, niscaya kita akan sulit bergerak atau bahkan jika bergerak pun mungkin hampir sama dengan robot: kaku, berat, dan susah bergerak.

Sungguh luarbiasa, bahwa persendian yang ada dalam tubuh kita ini berjumlah 360 sendi. Hal ini seperti yang diinformasikan Rasulullah SAW, “Dalam diri manusia ada 360 persendian, lalu diwajibkan sedekah dari setiap sendinya. Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang mampu demikian, wahai Nabi Allah? Beliau menjawab,’Engkau mengubur dahak yang ada di masjid dan menghilangkan sesuatu (gangguan) dari jalanan. Apabila engkau tidak mampu mendapatkannya, maka dua rakaat shalat dhuha sudah cukup bagimu” (HR. Abu Dawud).

Berdasarkan hadits tersebut, ternyata 360 persendian itu harus disedekahi. Jika satu sendi saja kita sedekahi dengan uang sebesar Rp.1000,- maka 360 x Rp.1000 sama dengan  Rp.360.000,-  dan itu kita lakukan setiap hari. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits lain, “Di setiap pagi, ada kewajiban sedekah atas setiap persendian dari salah seorang di antara kalian. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf nahyu munkar adalah sedekah. Dan dapat memadai untuk semua itu, dua rakaat yang dilakukan pada waktu dhuha” (HR.Muslim).

Jelas bahwa perintah sedekah dalam hadits tersebut merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat persendian bagi tubuh kita. Bentuk-bentuk sedekahnya telah Rasulullah SAW beri contoh dengan menghilangkan kotoran di masjid, menyingkirkan sesuatu yang dapat mengganggu mayarakat umum, atau membaca kalimat tasbihtahlil, dan takbir, atau amar ma’ruf nahyi munkar.

Ada hal yang menarik dari hadits pertama tadi, yaitu bahwa para sahabat merasa sangsi akan kemampuan setiap orang untuk bersedekah setiap harinya untuk 360 persendiannya. Sehingga bagi para sahabat, perintah tersebut berat untuk dilakukan secara rutin. Maka dipenghujung hadits tadi, Rasulullah SAW menyatakan, ada sebuah amalan yang dapat mencukupi kewajiban sedekah tadi, yaitu shalat dhuha, meskipun hanya dua rakaat.

Mayoritas ulama menyebutkan, shalat dhuha hukumnya sunnah mutlak, dan disunnahkan dilakukan setiap hari. Menurut Syaikh ‘Utsaimin, bahwa waktu dhuha dimulai setelah matahari terbit seukuran tombak, yaitu sekitar satu meter.  Adapun dalam perhitungan jam, yang ma’rufialah sekitar 12 menit, atau untuk lebih hati-hati sekitar 15 menit. Apabila telah berlalu 15 menit dari terbit matahari, maka hilanglah waktu terlarang dan masuklah waktu untuk bisa menunaikan shalat dhuha. Sedangkan akhir waktunya, ialah sekitar 10 menit sebelum matahari tergelincir (waktu shalat dzuhur—red).

Adapun jumlah rakaat shalat dhuha adalah dua, empat, enam, delapan, atau lebih dari itu, karena tidak ada batasan maksimal. Sebagaimana disampaikan ‘Aisyah r.a, “Dahulu Rasulullah SAW melakukan shalat dhuha empat rakaat, dan menambahnya sangat banyak” (HR.Muslim).

Mengenai keutamaan shalat dhuha, dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Darda’ atau Abu Dzar, dari Rasulullah SAW bahwa Allah SWT berfirman, “Wahai Bani Adam, shalatlah untuk-Ku pada awal siang hari empat rakaat, niscaya Aku menjagamu sisa hari tersebut”(HR.Tirmidzi).

Perlu diketahui, shalat dhuha merupakan shalat awwabin, yaitu shalatnya orang yang banyak bertaubat kepada Allah SW. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah menjaga shalat dhuha kecuali orang yang banyak bertaubat kepada Allah. Dan itu adalah shalatnya orang-orang yang banyak bertaubat” (HR.Al-Hakim).

Jelaslah, shalat dhuha merupakan fasilitas berharga dari Allah SWT yang diberikan kepada kita semua, yang ingin bertaubat. Sungguh sayang, jika kesempatan yang sangat berharga ini dibiarkan sia-sia. Selamat Shalat Dhuha! 
Sumber:daarutauhid.org

Click to comment